I.
TUJUAN
·
Mempelajari
sifat kekeruhan/turbidan dari suatu cairan.
·
Menentukan
konsentrasi larutan sampel secara turbidimetris.
II.
TEORI
Turbidimetri merupakan analisis
kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran kekeruhan atau turbidan dari suatu
larutan akibat adanya partikel padat dalam larutan setelah sinar melewati suatu
larutan yang mengandung partikel tersuspensi. Artinya turbidimetri adalah
analisa yang berdasarkan hamburan cahaya. Hamburan cahaya terjadi akibat adanya
partikel yang terdapat dalam larutan. Partikel ini menghamburkan cahaya ke
segala arah yang mengenainya.
Dalam turbidimetri digunakan larutan yang
berupa koloid atau tersuspensi. Larutan jernih dapat diukur dengan metoda ini dengan jalan memberikan
emulgator untuk mengemulsi larutan. Larutan tersuspensi atau koloid mengandung
partikel yang berukuran 10-10 cm. Ukuran partikel ini biasanya dapat
dilihat dengan mata.
Hamburan yang terukur pada alat
turbidimetri adalah hamburan yang diteruskan atau yang membentuk sudut 1800.
Sedangkan hamburan yang membentuk sudut 900, hamburannya terdeteksi
oleh alat Nefelometer.
Sinar yang dihamburkan oleh partikel terlarut
dalam suatu larutan ada berbagai macam yaitu ;
1. Hamburan Reylegh
Yaitu hamburan sinar oleh molekul-molekul yang
diameternya jauh lebih kecil dari sinar yang dihamburkan. Intensitas sinar yang
terpancar sebanding dengan satu per panjang gelombang berpangkat empat.
2. Hamburan Tyndall
Yaitu hamburan sinar yang diameter molekul-molekulnya
lebih besar dari sinar yang dihamburkan. Pada hamburan Reylegh dan hamburan
Tyndal tidak terjadi perubahan frekuensi sinar datang dengan sinar yang
dihamburkan.
3. Hamburan Raman
Yaitu hamburan yang dapat mengubah frekuensi antara
sinar yang datang dengan sinar yang dihamburkan.
Proses
hamburan cahaya yang mengenai partikel dalam larutan dipengaru-
hi oleh banyak faktor yaitu :
1. Konsentrasi cuplikan.
Jika konsentrasi terlalu kecil
maka partikel yang terbentuk juga akan kecil. Partikel yang kecil akan sedikit
menghamburkan sinar sehingga akan susah terbaca
2. Konsentrasi emulgator.
Konsentrasi emulgator yang dimaksud disini adalah
perbandingan anatara konsentrasi dengan emulgator. Jika perbandingannya terlalu
kecil, koloid yang terbentuk terlalu kecil sehingga susah terbaca oleh alat. Namun jika perbandingan ini terlalu besar, emulgator sisa akan terbuang
dengan sia-sia.
3. Lamanya pendiaman.
Pengaruh ini bergantung pada
kecepatan reaksinya. Sebaiknya reaksi berjalan selama waktu optimumnya.
4.
Kecepatan dan urutan pencampuran reagen.
5. Suhu.
Suhu tergantung pada kondisi optimum reaksi.
6. pH atau derajat keasaman.
pH berhubungan dengan emulgator.
7. Kekuatan ion.
8. Intensitas sinar.
Komponen-komponen yang terdapat pada
turbidimeter adalah :
a. Sumber cahaya
·
Lampu mercuri
·
Lampu tungsten
b. Filter
·
Jika
pelarut dan partikel terdispersi tidak berwarna maka digunakan filter light
·
Jika
pelarut dan partikel terdispersi berwarna coklat maka digunakan filter dark
c. Kuvet
·
Kuvet silinder
·
Kuvet semi octagonal
d.
Detektor
Pada turbidimeter digunakan detector
phototube.
Ukuran kuantitatif dari sinar yang
dihamburkan sejajar dengan sinar semula disebut dengan turbidan (s), maka dapat
dibuat suatu hubungan antara S, Pt, Po yaitu :
S = log
Po/Pt = k b C
dimana:
S =
turbidan Po =
intensitas cahaya datang
K =
konsentrasi C = konsentrasi
B =
tebal kuvet P = intensitas cahaya yang
Untuk memakai persamaan ini sebagai dasar
perhitungan konsetrasi maka harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Konsentrasi cuplikan tidak boleh terlalu
tinggi / pekat karena jika suspensi terlalu pekat di samping sinar semula akan
banyak pula sinar hamburan yang mencapai detector sehingga besarnya sinar yang
ditransmisikan lebih besar dari sinar yang seharusnya.
2. Ukuran partikel tidak boleh terlalu besar
karena jika terlalu besar maka akan lebih banyak hamburan ke arah yang sama
dengan sinar semula.
3. Ukuran partikel tidak boleh terlalu kecil
karena terlalu sedikit sinar yang ditransmisikan.
4. Suspensi partikel penghambur sinar harus
encer, ukuran partikel tidak boleh terlalu besar.
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan
untuk menguji kekeruhan, yang biasanya dilakukan pengujian adalah pada sampel
cairan misalnya air. Salah satu parameter mutu yang sangat vital adalah
kekeruhan yang kadang-kadang diabaikan karena dianggap sudah cukup dilihat saja
atau alat ujinya yang tidak ada padahal hal tersebut dapat berpengaruh terhadap
mutu. Oleh sebab itu untuk mengendalikan mutu dilakukan uji kekeruhan dengan
alat turbidimeter. Ada beberapa cara praktis memeriksa kualitas air, yang
paling langsung karena beberapa ukuran redaman (yaitu, pengurangan kekuatan)
cahaya saat melewati kolom sampel air, Kekeruhan diukur dengan cara ini
menggunakan alat yang disebut nephelometer dengan setup detektor ke sisi sinar.
Satuan kekeruhan dari nephelometer dikalibrasi disebut Nephelometric Kekeruhan
Unit (NTU). Kekeruhan di danau, waduk, saluran, dan laut dapat diukur dengan
menggunakan Secchi disk. Kekeruhan di udara, yang menyebabkan redaman matahari,
digunakan sebagai ukuran polusi. Untuk model redaman dari radiasi balok,
beberapa parameter kekeruhan telah diperkenalkan, termasuk faktor kekeruhan
Linke (TL). Kekeruhan (atau kabut) juga diterapkan untuk padatan transparan
seperti kaca atau plastik. Dalam kabut produksi plastik didefinisikan sebagai
persentase cahaya yang dibelokkan lebih dari 2,5 ° dari arah cahaya masuk.
Turbidimeter yaitu sifat optik akibat
dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang
dipantulkan terhadap cahaya yang tiba.
Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi
konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan. Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan.
Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi
turbiditas tergantung juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio
Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding
terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya.
Prinsip spektroskopi absorbsi
dapat digunakan pada turbidimeter dan nefelometer. Untuk turhidimeter, absorbsi
akibat partikel yang tersuspensi diukur sedangkan pada nefelometer, hamburan
cahaya oleh suspensilah yang diukur. Meskipun prcsisi metode ini tidak tinggi
tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedangkan akurasi pengukuran tergantung pada
ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrumen spektroskopi absorbsi dapat
digunakan untuk turbidimeter, sedangkan nefelometer kurang sering digunakan
pada analisis anorganik. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, absorbsi
bervariasi secara Tinier terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi lebih
rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferosianida dan
sulfida-sulfida logam berat tidak demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi
seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung koloid biasanya digunakan untuk
membentuk suatu dispersi koloid yang seragam dan stabil.
Metode pengukuran turbiditas dapat
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :
- Pengukuran perbandingan intensitas cahaya
yang dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang
- Pengukuran efek ekstingsi, yaitu
kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang
keruh.
- Instrumen pengukur perbandingan Tyndall
disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur
secara langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan
larutan standar.
Beberapa
senyawaan yang tak-dapat-larut, dalam jumlah-jumlah sedikit, dapat disiapkan
dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh suspensi yang
sedang-sedang stabilnya. Sifat-sifat dari suspensi akan berbeda-beda menurut
konsentrasi fase terdispersinya. Bila cahaya dilewatkan melalui suspensi
tersebut, sebagian dari energi radiasi yang jatuh dihamburkan dengan
penyerapan, pemantulan, pembiasan, sementara sisanya ditransmisi (diteruskan).
Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisi sebagai fungsi dari konsentrasi
fase terdispersi adalah dasar dari analisis turbidimetri. Dalam membuat kurva
kalibrasi dianjurkan dalam penerapan turbidimetri karena hubungan antara
sifat-sifat optis suspensi dan konsentrasi fase terdispersinya paling jauh
adalah semi empiris. Agar kekeruhan (turbidity) itu dapat diulang penyiapannya
haruslah seseksama mungkin, endapan harus sangat halus. Intensitas cahaya
bergantung pada banyaknya dan ukuran partikel dalam suspensi sehingga aplikasi
analitik dapat dimungkinkan(Basset,dkk.,1994).
Prinsip
spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter, dan nefelometer. Untuk
turbidimeter, absorpsi akibat partikel yang tersuspensi diukur sedangkan pada
nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur. Meskipun presisi
metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedang akurasi
pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrument
spektroskopi absorpsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedangkan nefelometer
memerlukan resptor pada sudut 90oC terhadap lintasan cahaya. Metode nefelometer
kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada konsentrasi lebih tinggi,
absorpsi bervariasi secara linear terhadap konsentrasi, sedangkan pada
konsentrasi lebih rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferrosianida
dan sulfide-sulfida logam berat tidak demikian halnya. Kelarutan zat
tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung koloid biasanya digunakan
untuk membentuk suatu disperse koloid yang seragam dan stabil(Khopkar,1990).
Ketika
menggunakan kurva kalibrasi konvensional, maka harus diketahui bahwa
perbandingan respon/konsentrasi adalah sama baik di dalam sampel maupun didalam
larutan standar.
Ada dua keadaan
yang dapat menyebabkan ketidak-akuratan ketika menggunakan kurva kalibrasi,
yaitu:
- Faktor-faktor yang berada didalam sample yang mengubah perbandingan respon/konsentrasi, tetapi faktor tersebut tidak ada didalam larutan standar (misalnya perubahan pH, kekuatan ion, kekeruhan, viskositas, gangguan kimia dan lain lain). Faktor-faktor tersebut akan mengubah kemiringan (slope) kurva kalibrasi.
- Faktor yang tampak/kelihatan pada alat pendeteksi misalnya warna atau kekeruhan sample yang menyerap atau menghamburkan cahaya pada panjang gelombang pengukuran. Faktor ini tidak berpengaruh terhadap slope kurva kalibrasi.
III.
PROSEDUR
PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
·
Peralatan
Helige Turbidimeter
·
Labu
ukur
·
Pipet
gondok
·
Buret
·
Larutan
standar sulfat 1000 ppm
·
BaCl2
– Tween 80
·
HCl 4
N
·
Aquadest
3.2 Cara kerja
Pembuatan larutan standar
1. Dibuat larutan sulfat 100 ppm dengan
mengencerkan larutan induk 1000 ppm SO42- dalam labu ukur
100 ml.
2. Dibuat variasi larutan standar sulfat 0,
5, 10, 20, 30, dan 50 ppm dari larutan induk, diencerkan pada labu 50 ml.
3. Ditambahkan pada masing-masingnya 2 ml HCl
dan 2 ml campuran BaCl2 - Tween 80 lalu diencerkan sampai tanda
batas, lakukan pengocokan.
4. Dipindahkan pada wadah sampel alat turbidimetri, ukur turbidannya
dimulai dari pengukuran konsentrasi terkecil.
5. Setiap selesai pengukuran dibilas wadah
sampel dengan aquades.
Pemakaian alat
1. Dihubungkan alat dengan sumber arus.
2. Dihidupkan alat, biarkan stabil selama 5
menit.
3. Dimasukkan larutan blanko ke dalam wadah
sampel, pasangkan tutupnya dengan benar, jangan ada gelembung gas yang
terperangkap.
4. Diamati pembacaan dengan alat Helige Turbidimeter.
5. Diatur tombol adjust sampai didapatkan
keadaan tercapainya pengamatan tepat bayangan baut-baur pada sistem
indikatornya, dimana tidak terdapat bidang batas antara bagian lingkaran dalam
dengan lingkaran luar pada sistem pengamatan.
6. Dibaca skala yang ditunjukkan pada bagian
indikatornya. Untuk masing-masing pengukuran dilakukan pengamatan minimal 2
kali dari arah datang yang berbeda.
7. Diganti blanko dengan larutan standar dan selanjutnya larutan sample / tugas, baca
skala dengan cara yang sama.
8. Dibuat kurva kalibrasi standar antara
konsentrasi sulfat dan pembacaan indikator.
9. Jika larutan sampel alam dimana cairannya
bewarna maka diperlukan koreksi warna dengan memasangkan filter light untuk
warna kuning-kuning kecoklatan dan filter dark untuk warna larutan
coklat-coklat kehitaman.
DAFTAR PUSTAKA
Brink O.C. et. Al. 1993. Dasar-Dasar
Ilmu Instrument, Bina Cipta : Bandung. hal 183, 204 – 206
Ismono. 1983. Cara-Cara
Optic dalam Analisa Kimia, Departemen Kimia ITB : Bandung
Kopkar.
1990. Konsep Dasar Kimia Analisa,
Penerbit UI Press : Jakarta hal 207 – 213
Tidak ada komentar:
Posting Komentar